Posts

Showing posts from December, 2023

RITUAL SIKLUS HIDUP

Orang Jawa memiliki berbagai macam ritual yang salah satunya adalah ritual yang berhubungan dengan siklus hidup. Mulai dari bayi dalam kandungan hingga pasca kematian ditandai dengan berbagai macam ritual. Ketika bayi dalam kandungan berusaha 4 bulan dilakukan ritual ngupati. Kandungan tujuh bulan dilakukan mitoni atau tingkeban atau disebut juga keba. Bayi lahir ada ritual lairan. Bayi usia lima hari dilaksanakan sepasaran sekaligus bikin bama. Bayi mulai menapak tanah ada ritual tedhak sitén. Bagi anak perempuan ada tetesan sanybagi anak laki-laki ada sunatan atau khitanan. Hingga mau berumah tangga ada nikahan dan bégalan. Lalu ketika mati ada nyaurtanah, nelung dina, mitung dina, matang puluh dina, nyatus dina, mendhak sepisan, mendhak pindho,vdan mendhak ping telu atau disebut juga ngepog-pogna. Ritual dan Keselamatan Semua ritual terkait dengan siklus hidup dilakukan demi tercapainya keselamatan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemuliaan. Ada istilah "seger waras slamet"

PELARANGAN JUDI KARTU DAN MATINYA PERTUNJUKAN RAKYAT

Tulisan saya kali ini mungkin tidak populis. Membahas seni pertunjukan rakyat dan perjudian (Jawa: mainan). Keduanya terkesan tidak berubungan, tetapi sesungguhnya sangat erat saling berkaitan. Masyarakat Jawa masa lalu sangat akrab dengan jenis-jenis kartu ceki, remi, maupun domino. Jauh sebelum diberlakukannya Pasal 303 KUHP hampir setiap hari kita menyaksikan orang main kartu (judi kartu) di desa-desa atau di kampung-kampung. Setiap ada warga yang punya hajat (menantu, sunatan, kaulan, dan sejenisnya) pasti warga berkumpul di tratag (tarub) mengelilingi meja untuk bermain ksrtu. Mereka datang karena diundang atau atas prakarsa sendiri untuk bertemu lawan tanding dan memulai bermain kartu dengan taruhan uang dalam jumlah yang disepakati bersama. Si empunya rumah sangat senang kalau ada orang bermain kartu. Karena akan mendapatkan imbalan berupa cuk atau cucuk yang berupa uang penyisihan dari seseorang yang menang dalam satu putaran (game). Semakin banyak orang datang main kartu, maka

SUNGAI SERAYU SAKSI SEJARAH

Kebanyakan orang sekedar mengetahui betapa tragedi pemberontakan G30S/PKI adalah peristiwa pembunuhan tujuh jenderal. Tidak...!!! Itu terlalu sederhana. Karena faktanya justru banyak hal yang lebih tragis daripada "sekedar" gugurnya para pahlawan revolusi. Sepanjang aliran sungai Serayu adalah saksi dan bukti dari kekejaman para peia berseragam. Sepanjang aliran sungai Serayu adalah tempat pembantaian masyarakat sipil yang diketahui sebagai kaki tangan PKI, dicirigai sebagai anggota PKI, dicurigai sebagai golongan kiri, atau sekedar korban fitnah teman sendiri. Kakek saya yang pada saat terjadinya peristiwa masih aktif sebagai seorang junjang (perangkat desa) dan bertugas sebagai pulisi desa sering bercerita bahwa hampir setiap pagi warga desanya nyongkogi (mendorong ke tengah dengan bilah) mayat penuh luka yang hanyut terapung dan tersangkut di tepian sungai agar hanyut lagi. Hal itu karena saking seringnya ada mayat terapung di aliran sungai Serayu. Seorang teman saya bahka

DARI SISI MANA KITA MELIHAT

Sengkuni tampak buruk karena tidak ditunjukkan kebaikannya. Sebaliknya Sri Kresna tampak baik karena tidak ditunjukkan keburukannya. Sesungguhnya siapa yang lebih baik diantara Sengkuni dan Kresna? Sungguh tinggal dari sisi mana kita melihat. Orang-orang Astina tentu akan menganggap Sengkuni penuh welas asih. Apapun yang ia perbuat adalah demi kejayaan keponakan2nya. Tapi bagi pengagum Pandhawa, Sengkuni tampak julig dan licik. Demikian Kresna akan tampak baik di mata pengagum Pandawa. Sebaliknya bagi Kurawa, raja Dwarawati pun sungguh sangat julig dan licik  Sebagaimana kita melihat Rahwana dan Rama Wijaya. Betapa raja raksasa asal Alengka Diraja itu sesungguhnya memiliki perasaan yang lembut dan welas asih. Berbulan2 bahkan bertahun-tahun menculik Dewi Sinta, tapi tidak pernah sekali pun gepok-senggol, apalagi memperkosanya. Tapi tokh semua orang telah mengadilinya sebagai tokoh angkara murka yang harus dibinasakan. Sebaliknya Rama Wijaya justru telah melakukan penyerangan ke Alengka

STUDI DIAKRONIS RAGAM SENI RAKYAT SEJAK CULTUURSTELSEL

Pangeran Diponegoro ditangkap oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830 menandai berakhirnya Perang Diponegoro atau yang disebut Perang Jawa. Sejak itulah seluruh Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta sebagai pihak yang kalah perang wajib menyerahkan wilayah kekuasaannya kepada Belanda. Wilayah Brang Wetan yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Brang Kulon yang merupakan wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat diserahkan kepada Pemerintah Belanda sebagai pampasan perang. Cultuurstelsel Pemerintah Belanda kemudian memulai babak baru penjajahan di wilayah Nusantara dengan menggunakan politik cultuur stelsel. Secara harafiah cultuurstelsel dapat diartikan sebagai sistem kultivasi atau sistem budi daya. Para  sejarawan Indonesia menyebutnya sebagai sistem tanam paksa. Sebuah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van de Bosch pada tahun 1830 yang menggantikan Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock. Penerapa

NASIB WARISAN BUDAYA

Nenek moyang bangsa Nusantara dikenal memiliki kebudayaan tinggi sejak ribuan tahun yang lalu. Berbagai corak dan ragam budaya bangsa telah diturunkan dan diwariskan kepada anak cucu sehingga sampai generasi sekarang masih bisa melihat, mendengar dan merasakan khasanah budaya warisan leluhur. Namun demikian seiring dengan gerak perubahan jaman, warisan budaya itu banyak diperlakukan sebagai produk masa lalu yang sudah tidak lagi sepadan dengan kebutuhan masa sekarang. Tidak lagi dipahami sebagai warisan nilai yang seharusnya jadi pedoman dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Bahwa kesadaran akan nilai budaya sebagai gantungan hidup semakin terkikis oleh berbagai kepentingan individu yang sadar maupun tidak sadar, langsung maupun tidak langsung, telah menanggalkan prinsip hidup bangsa Nusantara. Masyarakat kita yang seharusnya memposisikan diri sebagai sebuah bangsa, telah menurun kualitasnya sekedar menjadi warga negara, masyarakat, rakyat, kelompok sosial atau bahkan ge