IDE GARAP KARYA TARI KRASA NGAWAK KRASA NGATI
A. Ide Cerita
Karya ini bersumber dari Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Inti cerita adalah menggambarkan penderitaan batin Srintil di tengah kegelimangan harta dan kemewahan yang diperoleh dari profesinya sebagai seorang ronggeng pujaan. Cerita ini mengajarkan pada kita bahwa kemewahan lahir tidak senantiasa selaras dengan kebahagiaan batin. Kebahagiaan adalah suasana hati yang dibangun oleh terpenuhinya setiap ruang batin dengan segala hal yang bernilai positif sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan sebagaimana telah difitrahkan oleh Gusti Allah. Betapapun secara lahiriah hidup ini dikelilingi oleh harta, kemewahan, popularitas dan pemujaan, tetapi ketika pada sisi-sisi tertentu di ruang batin belum terisi maka yang terjadi hanyalah kegelisahan dan penderitaan.
B. Ide Garap
Karya ini digarap dalam bentuk tari kontemporer yang berbasis dari ragam gerak tradisi Banyumasan pada pertunjukan lengger. Untuk mendukung gagasan atau ide garap tarian ini, sajian karya didukung oleh: (1) Iringan berbentuk aransemen musik kontemporer dengan menggunakan alat musik calung, vokal dan alat musik lainnya yang sesuai, (2) Kostum kerakyatan, (3) Lighting yang mendukung setiap suasana sajian, dan (4) Setting panggung alam pedesaan.
C. Sinopsis
Krasa ngawak krasa ngati, perumpamaan orang Banyumas yang berarti akibat dari suatu perbuatan yang dirasakan bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga secara batiniah. Iniah yang dialami oleh Srintil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Sebagai seorang ronggeng, Srintil telah menjadi kembang kidunging seluruh warga Dukuh Paruk mulai dari kekaguman akan kecantikannya hingga hasrat nafsu birahi dari lelaki hidung belang. Di luar gelimang harta, pujaan dan kekaguman itu, di dalam hati sanubari Srintil tertanam kepedihan dan penderitaan yang teramat dalam. Harkat dan martabat kemanusiaannya telah terkoyak oleh keharusan menyiapkan diri setiap saat bagi kepuasan orang lain. Cinta suci yang ditujukan kepada Rasus pun harus direlakan pada sebatas impian. Ia ingin berontak dari setiap keadaan yang menimpa dan berlari mengejar keakuan diri sebagai perempuan.
Karya ini bersumber dari Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Inti cerita adalah menggambarkan penderitaan batin Srintil di tengah kegelimangan harta dan kemewahan yang diperoleh dari profesinya sebagai seorang ronggeng pujaan. Cerita ini mengajarkan pada kita bahwa kemewahan lahir tidak senantiasa selaras dengan kebahagiaan batin. Kebahagiaan adalah suasana hati yang dibangun oleh terpenuhinya setiap ruang batin dengan segala hal yang bernilai positif sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan sebagaimana telah difitrahkan oleh Gusti Allah. Betapapun secara lahiriah hidup ini dikelilingi oleh harta, kemewahan, popularitas dan pemujaan, tetapi ketika pada sisi-sisi tertentu di ruang batin belum terisi maka yang terjadi hanyalah kegelisahan dan penderitaan.
B. Ide Garap
Karya ini digarap dalam bentuk tari kontemporer yang berbasis dari ragam gerak tradisi Banyumasan pada pertunjukan lengger. Untuk mendukung gagasan atau ide garap tarian ini, sajian karya didukung oleh: (1) Iringan berbentuk aransemen musik kontemporer dengan menggunakan alat musik calung, vokal dan alat musik lainnya yang sesuai, (2) Kostum kerakyatan, (3) Lighting yang mendukung setiap suasana sajian, dan (4) Setting panggung alam pedesaan.
C. Sinopsis
Krasa ngawak krasa ngati, perumpamaan orang Banyumas yang berarti akibat dari suatu perbuatan yang dirasakan bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga secara batiniah. Iniah yang dialami oleh Srintil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Sebagai seorang ronggeng, Srintil telah menjadi kembang kidunging seluruh warga Dukuh Paruk mulai dari kekaguman akan kecantikannya hingga hasrat nafsu birahi dari lelaki hidung belang. Di luar gelimang harta, pujaan dan kekaguman itu, di dalam hati sanubari Srintil tertanam kepedihan dan penderitaan yang teramat dalam. Harkat dan martabat kemanusiaannya telah terkoyak oleh keharusan menyiapkan diri setiap saat bagi kepuasan orang lain. Cinta suci yang ditujukan kepada Rasus pun harus direlakan pada sebatas impian. Ia ingin berontak dari setiap keadaan yang menimpa dan berlari mengejar keakuan diri sebagai perempuan.
Comments
Post a Comment