MERENGKUH KEMBALI IDENTITAS KERAKYATAN
Sejak akhir dekade tahun 1980-an di Banyumas mulai muncul kesadaran terhadap wawasan identitas atau jatidiri terhadap lingkungan budayanya. Orang mulai berpikir tentangnya pentingnya identitas yang bersumber dari wawasan kebudayaan lokal bagi terciptanya ketahanan sosial dalam kehidupan nyata. Tumbuhnya kesadaran semacam ini sedikit banyak dipengaruhi oleh konsep identitas Jawa Tengah yang digulirkan pada masa pemerintahan Gubernur Ismail. Dalam salah satu pidatonya, Ismail mengungkapkan persoalan identitas, sebagai berikut: Sekali lagi, akulturasi dan enkulturasi (sic!), adalah sendi-sendi pokok di dalam kehidupan sosial budaya kita. Kita akan berkembang menjadi lebih baru, menjadi lebih maju, menjadi lebih kaya, akan tetapi tanpa kehilangan identitas, tanpa kehilangan kepribadian, tanpa kehancuran dasar kultural (Ismail,1989). Petikan naskah pidato di atas menunjukkan adanya upaya Pemerintah Propinsi/Dati I Jawa Tengah agar dalam wacana persilangan budaya di masa kini dan masa yang a