Posts

Showing posts from July, 2008

TANGGUNG JAWAB YURIDIS PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN ATAS PRODUK MAKANAN KHAS BANYUMAS DI KABUPATEN BANYUMAS

A. Latar Belakang Masalah Perilaku pasar dalam pelaksanaannya melahirkan perilaku bisnis yang melibatkan perseorangan atau kelompok. Perilaku bisnis menempatkan para pelaku usaha sebagai pihak yang mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dan membuka terjadinya persaingan di antara para pelaku bisnis itu sendiri. Dalam tataran inilah kemudian sering kali terjadi kegiatan usaha (bisnis) yang tidak sehat. Prasetyo Sudyatmiko mengemukakan empat contoh elemen yang mempengaruhi perilaku bisnis yang tidak sehat, yaitu (1) konglomerasi, (2) kartel atau trust, (3) insider trading, dan (4) persaingan tidak sehat/curang [1] . Sekurang-kurangnya ada empat bentuk perbuatan yang lahir dari perilaku bisnis yang tidak sehat, yaitu: (1) menaikkan harga, (2) menurunkan mutu, (3) dumping, dan (4) pemalsuan produk. Semua itu menyebabkan kesenjangan ekonomi yang merugikan berbagai pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi [2] . Perilaku bisnis yang tidak sehat menempatkan konsumen pada posisi yang lema

SEDERHANA: SEBUAH KONSEP BERKESENIAN

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang berkaitan erat dengan cita rasa dan merupakan hasil budidaya manusia sesuai dengan kodratnya yang hidup dengan selalu mengenal keindahan. Ernst Cassirer menyatakan bahwa seni merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling hakiki yang menjadikan manusia merasa lebih hidup (Ernst Cassirer,1987:240). Oleh karena itu karya cipta seni sebagai perwujudan gagasan dan pengalaman estetis tidak dapat dibendung oleh kekuatan politik, tirani kekuasan, ekonomi maupun keadaan fisik pelakunya. Budhisantoso berpendapat bahwa kesenian merupakan gejala kebudayaan yang universal sehingga tidak ada suatu masyarakat di dunia ini yang tidak mengembangkan kesenian (S. Budhisantoso, 1994:2). Di manapun dan dalam kondisi apapun, pernyataan cita rasa keindahan tidak akan terhalangi oleh kondisi alam, fisik maupun sarana-prasarana ekspresi yang ada. Hasrat estetik tersebut dituangkan melalui berbagai media dan cara sesuai dengan pengalaman empirik serta kemampua

SUMBANGAN PEMIKIRAN UNTUK RENOVASI GEDUNG SUTEJA PURWOKERTO

1. Latar Belakang Gedung Kesenian Suteja Purwokerto merupakan salah satu aset Pemerintah Kabupaten Banyumas yang selain memungkinkan memberikan kontribusi bagi pelaksanaan pembangunan daerah, juga memiliki keterkaitan sejarah dengan salah seorang seniman Banyumas bernama R.Soetedja. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah, keberadaan Gedung Kesenian Suteja paling tidak memiliki dua fungsi. Pertama, sebagai wahana kegiatan kesenian bagi seniman dan pekerja seni di wilayah Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Pemanfaatan Gedung Kesenian Suteja sebagai wahana kegiatan kesenian memungkinkan meningkatkan kreativitas seniman dalam menciptakan karya-karya seni yang berkualitas dan tanggap terhadap perubahan jaman yang bermuara pada dinamika pertumbuhan dan perkembangan kesenian di Banyumas. Terbukti, hingga saat ini gedung ini dijadikan sebagai ruang kantor Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas serta sekretariat Dewan Kesenian Kabupaten Banyumas. Kedua, Gedung K

AKTUALISASI NILAI ESTETIK DALAM KONTEKS FUNGSI SOSIAL BERKESENIAN DI BANYUMAS

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang berkaitan erat dengan cita rasa dan merupakan hasil budidaya manusia sesuai dengan kodratnya yang hidup dengan selalu mengenal keindahan. Ernst Cassirer (1987:240) menyatakan bahwa seni merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling hakiki yang menjadikan manusia merasa lebih hidup. Oleh karena itu karya cipta seni sebagai perwujudan gagasan dan pengalaman estetis tidak dapat dibendung oleh kekuatan politik, tirani kekuasan, ekonomi maupun keadaan fisik pelakunya. Berbagai ragam kesenian itu tumbuh berkembang secara turun-temurun secara berulang dengan pola-pola yang mengikat. Edi Sedyawati (1981:48) menyebut pertumbuhan kesenian yang demikian, “Menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya”. Sebagai sebuah tradisi, ragam kesenian itu diolah berdasarkan cita rasa masyarakat Banyumas dalam pengertian luas, termasuk nilai kebudayaan tradisi, pandangan hidup, pendekatan, falsafah, rasa etis serta estetis yang kemudian diterima d