Posts

Showing posts from January, 2008

MERENGKUH KEMBALI IDENTITAS KERAKYATAN

Sejak akhir dekade tahun 1980-an di Banyumas mulai muncul kesadaran terhadap wawasan identitas atau jatidiri terhadap lingkungan budayanya. Orang mulai berpikir tentangnya pentingnya identitas yang bersumber dari wawasan kebudayaan lokal bagi terciptanya ketahanan sosial dalam kehidupan nyata. Tumbuhnya kesadaran semacam ini sedikit banyak dipengaruhi oleh konsep identitas Jawa Tengah yang digulirkan pada masa pemerintahan Gubernur Ismail. Dalam salah satu pidatonya, Ismail mengungkapkan persoalan identitas, sebagai berikut: Sekali lagi, akulturasi dan enkulturasi (sic!), adalah sendi-sendi pokok di dalam kehidupan sosial budaya kita. Kita akan berkembang menjadi lebih baru, menjadi lebih maju, menjadi lebih kaya, akan tetapi tanpa kehilangan identitas, tanpa kehilangan kepribadian, tanpa kehancuran dasar kultural (Ismail,1989). Petikan naskah pidato di atas menunjukkan adanya upaya Pemerintah Propinsi/Dati I Jawa Tengah agar dalam wacana persilangan budaya di masa kini dan masa yang a

ORDE BARU: ANTARA MADU DAN RACUN BAGI KESENIAN BANYUMAS

Pada 1968 , MPR secara resmi melantik Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia untuk masa jabatan 5 tahun. Sejak itu pula Orde Baru secara resmi dimulai dan berakhir pada tahun 1998. Wikipedia menuliskan bahwa selama masa pemerintahannya, Presiden Soeharto memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya serta struktur administratif yang didominasi militer (Wikipedia Indonesia,2006). Kebijakan tersebut dilaksanakan melalui eksploitasi alam secara besar-besaran serta usaha mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hasilnya sangat fantastis. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$ 70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000 (Wikipedia Indonesia,2006). Pemerataan dan atau penyebaran penduduk antar wilayah dilakukan melalui program transmigrasi. Pengendalian jumlah penduduk dilakukan melalui program Keluarga Berencana yang berlaku secara nasional. Di awal kekuasaannya, Orde Baru menghadapi Indonesia yang traumatis. Saat itu Indonesia teng

MUSIK KENTHONGAN DI TENGAH PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BANYUMAS

Kebudayaan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu selaras dengan dinamika masyarakat pendukungnya. Munculnya perubahan kebudayaan dapat terjadi akibat faktor-faktor internal yang muncul dari dinamika yang tumbuh dalam kehidupan masyarakat pendukung kebudayaan itu sendiri atau akibat pengaruh yang berasal dari luar masyarakat itu 1 . Faktor internal yang mengakibatkan perubahan kebudayaan adalah terjadinya perkembangan pola pikir, kebiasaan, pandangan hidup serta berbagai kepentingan kelompok manusia di dalam wadah komunitas masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan itu. Adapun faktor eksternal perubahan kebudayaan terjadi sebagai akibat terjadinya penyebaran kebudayaan dari individu ke individu lain dalam satu masyarakat atau dari suatu masyarakat ke masyarakat lain dalam wacana difusi kebudayaan 2 . Kebudayaan Banyumas yang semula berkembang di lingkungan masyarakat yang berpola kehidupan tradisional-agraris, pada gilirannya tidak lepas dari perubahan-perubahan seiring de

MEMBEBASKAN DIRI DARI IMPERIUM KEBUDAYAAN

Salah satu persoalan yang sangat pelik dalam perkembangan sejarah kebudayaan Banyumas adalah wilayah ini begitu lama mengalami masa-masa keterjajahan. Tragisnya lagi, imperialisme di Banyumas tidak sekedar dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat pada masa kolonialisme, tetapi juga oleh bangsa sendiri pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Jawa. Paling tidak semenjak era Pajang, Banyumas dipercaya mulai berada di bawah kekuasaan kerajaan Jawa, yang berlangsung hingga era Surakarta-Yogyakarta. Tidak ditemukan bukti-bukti tertulis tentang kekuasaan Pajang di wilayah Banyumas. Namun di dalam babad Wirasaba yang berkembang secara lisan di masyarakat, diceritakan bahwa Adipati Warga Utama I terbunuh dalam perjalanan pulang setelah menyerahkan anak perempuannya untuk menjadi selir Sultan Hadiwijaya. Paling tidak ada dua macam penjajahan yang dialami oleh masyarakat Banyumas, yaitu penjajahan fisik dan penjajahan kultural. Penjajahan fisik dilakukan oleh bangsa-bangsa Barat seperti Belanda, Inggris,