Posts

Showing posts from June, 2008

KAJIAN TEKSTUAL TERHADAP NASKAH “THE INSTINCTIF SELF”, “A TALE OF A MAGICIAN” DAN “WAYANG WONG, ITS HISTORY”

Pengantar Tulisan ini bermaksud mengkaji tiga buah teks yang diungkapkan dalam tiga bentuk yang berbeda dan dari sumber yang berbeda pula. Model kajian teks semacam ini sangat penting dalam pelaksanaan penelitian, karena dalam rangka menjawab permasalahan yang diajukan di dalam penelitian diperlukan data-data dari berbagai sumber yang salah satunya adalah sumber tertulis. Ketiga tulisan ini antara lain: (1) “The Instinctif Self”, (2) “A Tale of a Magician”, dan (3) “Wayang Wong, Its History”. Ketiga-tiganya sekalipun diungkapkan melalui cara yang berbeda, namun dalam pelaksanaan penelitian sama-sama dapat diposisikan sebagai sumber terulis. Kesulitan utama mengkaji teks-teks ini adalah ketiga-tiganya tidak diketahui tidak disertai nama pengarang, judul buku, nama penerbit, kota tempat diterbitkan buku dan tahun terbitan. Ini sangat menyulitkan seperti ketika kita menemukan sepotong koran yang berisi tulisan tertentu. Ketika membacanya tentu saja parsial, tidak mengetahui ujung-pangkal

KETIKA PENOBATAN RONGGENG DIUSUNG KE PANGGUNG PERTUNJUKAN

Judul Karya : DADI RONGGENG Penyusun Karya : Yus Pelana Jenis Karya : Karya Tari Tradisional Durasi Pementasan : 15 menit Sulasih sulangjana kukus menyan ngundang dewa Ana dewa ndaning sukma widadari tumuruna Runtung-runtung kasanga sing mburi karia lima Leng-leng guleng guleng kencana katon Gelang-gelang nglayoni, nglayoni putria ngungkung Cek-incek raga bali rogrog asem kamilaga Reg-regan rog-rogan Reg-regan rog-rogan Kembang duren bur kolang kalingan mega riyem-riyem Ingkang bathikane lonthang, ketrung-kentrung si rama sira nglilira Kembang kapas embok emas ditagih utange beras Ho-oh iyo ho-oh iyo iyo iyo Syair tersebut di atas adalah mantra tradisional yang berkembang di Banyumas dan sekitarnya yang dalam pertunjukan karya Dadi Ronggeng dijadikan sebagai lagu pembuka. Syair tersebut memberikn gambaran bahwa Yus Pelana ingin menampilkan suasana sakral di dalam sajian karyanya. Memang karya Dadi Ronggeng yang tampil sebagai salah satu peserta dalam Festival Seni Rakyat dan Festival D

PROSES KREATIF RASITO DI TENGAH KEHIDUPAN KARAWITAN DI BANYUMAS: IDEALISME VS PASAR

Pendahuluan Dalam wacana pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, Banyumas menunjuk lokus perkembangan kebudayaan di wilayah Propinsi Jawa Tengah bagian barat daya, berbatasan dengan wilayah perkembangan budaya Sunda meliputi Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, Pemalang bagian selatan, Brebes bagian selatan serta Kebumen bagian barat 4 . Budaya Banyumasan termasuk sub kultur kebudayaan Jawa dengan ciri-ciri khusus yang dapat dibedakan dari budaya induknya. Beberapa ciri khusus budaya Banyumasan 5 antara lain: (1) Berlangsung dalam pola kesederhanaan, dilandasi oleh semangat kerakyatan, cablaka ( transparency ), dibangun dari kehidupan masyarakat yang berpola tradisional-agraris, (2) Secara normatif merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa lama (Jawa kuno dan pertengahan termasuk di dalamnya kebudayaan animisme, dinamisme dan kebudayaan Hindu-Budha) dan lokalitas pola kehidupan masyarakat setempat yang dipengaruhi kultur Islam dan Barat (kolonial), (3) Mendapat pengaruh dar

MENIMBANG SAJIAN CALUNG BANYUMASAN: ANTARA WADAH DAN ISI

Humardani mengungkapkan bahwa bentuk adalah unsur dari semua perwujudan. Bentuk-bentuk lahiriah tidak lebih dari suatu medium, yaitu alat untuk mengungkapkan ( to express ) dan menyatakan ( to state atau to communicate ) isi ( SD. Humardani, 1959:1 ). Pandangan Humardani menunjukkan berbagai ragam kesenian merupakan wujud dari ungkapan isi pandangan dan tanggapan seniman ke dalam bentuk fisik yang dapat ditangkap indra. Yang dimaksud dengan isi di sini adalah nilai-nilai, pandangan hidup dan pengalaman empirik seniman yang terekam dalam memori otak dan perasaan yang kemudian hadir ide-ide atau gagasan-gagasan estetik. Dengan kata lain, bentuk adalah wadah yang dipergunakan untuk mengungkapkan isi yang berupa nilai-nilai. Keduanya, wadah dan isi, merupakan satu-kesatuan wujud kesenian tradisional yang mencerminkan sistem nilai, pola pikir dan pandangan hidup masyarakat pendukungnya. Sajian calung tidak lain merupakan wadah yang memuat cita rasa dan hadir sebagai hasil budidaya masyaraka