Posts

Showing posts from May, 2008

GAMBARAN UMUM DALEM KADIPATEN BANYUMAS

Pengantar Tulisan ini merupakan Bab II dari Penelitian tentang Pengembangan Kota Lama Banyumas yang saya lakukan dengan dibiayai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Telematika dan Kearsipan Daerah (Balitbangtelarda) Kabupaten Banyumas pada tahun 2007. Penelitian diarahkan pada usaha preservasi dan konservasi ragam bangunan kuno bersejarah di wilayah Kota Lama Banyumas yang diharapkan dapat menjadi salah satu kekuatan untuk pencitraan Banyumas sebagai kawasan budaya. Usaha pencitraan ini sangat penting dalam rangka pengembangan ragam kebudayaan lokal Banyumas, penciptaan rasa kebanggaan dan sense of belonging dalam diri setiap warga masyarakat Banyumas terhadap ragam budaya milikinya. Di sisi lain, keberhasilan pencitraan ini diharapkan dapat memberikan dukungan bagi pengembangan bidang kepariwisataan. Riwayat Kadipaten Banyumas Salah satu kesulitan mencolok dalam pelaksanaan penelitian ini adalah keberadaan artefak sejarah yang ada di lingkungan obyek material penelitian tidak diik

REVITALISASI KOTA LAMA BANYUMAS

Image
Bangunan Pendopo di Kompleks Kadipaten Banyumas; sebuah peninggalan masa lalu bertempat di Kota Lama Banyumas Revitalisasi bangunan kuno bersejarah dapat menjadi langkah nyata dari usaha sebuah kelompok masyarakat membangun kembali sejarah leluhurnya serta menatap masa depan dengan penuh keyakinan tentang kekuatan diri di tengah peradaban yang kian mengglobal. Dengan demikian revitalisasi bangunan kuno bersejarah bermakna sebagai usaha membangun citra diri sebagai sebuah bangsa yang berkarakter dan beridentitas. Lihat saja tata letak kota tua itu. Konsep pembagian ruang dalam blok-blok yang mendekatkan pusat pemerintahan dengan pusat ekonomi serta aktivitas penduduk lainnya. Kota tua itu dibangun dengan memerhatikan tata ruang. Kompleks Dalem Kadipaten (Pendopo Duplikat Si Panji) Banyumas merupakan bangunan peninggalan Kadipaten Banyumas sebelum dipindah ke Purwokerto oleh Bupati Banyumas Martadireja II pada tanggal 7 Januari 1937. Sebagai lokus Kadipaten, Dalem Kadipaten (Pendopo Dupl

PENDIDIKAN KESENIAN: WUJUD PENGEMBANGAN IDENTITAS KEBANGSAAN

Ketika dunia semakin mengglobal dan arus informasi kian terbuka, hal tersebut mengakibatkan pula makin terbukanya kebudayaan-kebudayaan luar yang dapat masuk ke dalam wilayah budaya Indonesia. Arus globalisasi yang membawa iklim keterbukaan hubungan antar bangsa-bangsa di dunia dalam kadar tertentu memberikan manfaat yang luar biasa bagi kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Betapa tidak, bahwa dengan adanya globalisasi berbagai macam informasi dari seluruh penjuru dunia dapat diterima dengan cepat, lugas dan jelas. Hal tersebut bukan hanya dikarnakan perkembangan kecanggihan alat informasi saja, melainkan memang globalisasi memberi pemahaman kesadaran yang besar akan adanya keterbukaan oleh setiap bangsa-bangsa di dunia untuk mencapai tarap kemajuan dan kemoderenan. Persinggungan kebudayaan bangsa satu dengan bangsa lainnya akibat keterbukaan informasi yang dibawa globalisasi tersebut, menyebabkan terjadinya saling tafsir dan saling pinjam antara hasil kebudayaan satu dengan ya

RESENSI BUKU

HADIRNYA SETITIK AIR DI TENGAH HAUSNYA KAJIAN TENTANG KESENIAN Judul Buku : KETIKA ORANG JAWA NYENI Penyunting : Dr. Heddy Shri Ahimsa Putra, MA. Pengantar : Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA. Penerbit : Galang Press, Yogyakarta Tahun Terbit : 2000 Tebal : 431 halaman Heddy Shri Ahimsa Putra (Ahimsa) membuat judul yang cukup nyleneh untuk tulisannya: Ketika Orang Jawa Nyeni (2000). Tulisan ini disunting sebagai wujud keprihatinan yang cukup mendalam berkaitan dengan perkembangan kajian atau analisis fenomena kesenian dan seni di Indonesia yang ditinjau dari sisi kualitas maupun kuantitas belum sepadan dengan kebutuhan. Sebenarnya sebelum tulisan Ahimsa diterbitkan sudah ada beberapa tulisan lain tentang kajian konseptual kesenian yang sudah terbit seperti tulisan Satoto 1 (1994), Djoharnurani 2 (1999), Mamannoor 3 (1999), Sahid 4 (1999) dan Wirjodirdjo 5 (1999), namun demikian se

THESIS ABSTRACT

CALUNG: The Study of Banyumas Culture Identity This research represents an effort studying identity of Banyumas culture through the artistry phenomenon in the form of calung music. Material object studied is phenomenon of calung music in Banyumas, representing one of folk music type, which characteriscally show the existence of Banyumas people with all the ins and outs of its civilization and culture. As for formal object in this research is identity of Banyumas culture, that is form distinguish the physiological characteristic and characteristic which is there are in all idea or imagine, behavioral and also result of idea and behavior of Banyumas society becoming distinguishment with the other culture. Problems raised is (1) which shares from musical form at calung Banyumasan realizing the existence of existence of identity of Banyumas culture, and (2) how identity of culture of Banyumas represented through the show of calung music. The goal of this research are (1) described part of

PERTUNJUKAN BEGALAN

Image
Pertunjukan begalan di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas Begalan merupakan bentuk pertunjukan teater tradisional yang masih tumbuh subur di wilayah sebaran kebudayaan Banyumas. Pertunjukan begalan dilaksanakan pada upacara pernikahan tradisional khusus untuk anak sulung (mbarep) dan atau anak bungsu ( ragil ). Pada gambar di atas dapat dilihat salah satu pemain memikul properti berupa perkakas dapur. Properti ini lazim disebut brenong kepang atau bubak kawah . Semua benda yang termasuk di dalam properti begalan menjadi media simbolik bagi piwulang yang diamanatkan kepada kedua mempelai. Simbol-simbol tersebut secara umum berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, baik dalam tataran kehidupan pribadi, kehidupan keluarga maupun kehidupan sosial.

PEMENTASAN CALUNG PADEPOKAN SENI BANYU BIRU

Image
Pementasan Calung oleh Padepokan Seni Banyu Biru Calung sebagai salah satu jenis musik tradisional yang merupakan representasi identitas kebudayaan Banyumas masih tumbuh subur di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. Salah satu kelompok kesenian yang terus berusaha mengembangkan musik ini adalah Padepokan Seni Banyu Biru yang bermarkas di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Kelompok seni yang satu ini mengembangkan calung baik dalam konsep garap tradisional maupun kontemporer. Gambar di atas adalah salah satu pementasan Padepokan Seni Banyu Biru di auditorium RRI Jakarta pada tanggal 26 April 2008 yang lalu. Pada kesempatan itu ditampilkan sajian calung versi garap tradisional. Versi garap kontemporer yang saat ini sedang diproyeksikan adalah sajian calung untuk keperluan musikalitasi pada produksi film. Pada tahun 2008 sedang direncanakan padepokan seni ini terlibat pada pembuatan empat buah film sekaligus; 3 (tiga) buah film dokumenter tentang lengger lanang, ebeg da

SUNGAI SERAYU

Image
Sungai Serayu Bagi masyarakat Banyumas sungai Serayu memiliki makna yang sangat penting. Kata "serayu" konon berasal dari kata "soroh" (menyerahkan) dan "hayu" (hidup), yang berarti totalitas penyerahan hidup manusia Banyumas terhadap alam semesta. Ini merupakan wujud pemahaman kosmologi masyarakat tradisional di wilayah ini, bahwa kehidupan manusia di dunia menjadi bagian tak terpisahkan dari alam semesta. Alam memiliki kekuatan yang teramat dahsyat, yang mampu memberikan pengaruh apapun terhadap kehidupan manusia, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, dalam usaha menjaga kontinuitas kehidupan dunia, manusia wajib secara total menyerahkan diri sebagai bagian integral perjalanan alam semesta. Pada masa penyebaran agama Hindu, sungai Serayu digambagkan sebagai analogi dari sungai Gangga di India. Di wilayah Banyumas terdapat legenda bahwa sungai Serayu dibuat oleh Bima hanya dengan menggunakan (maaf!) penisnya. Sumber mata air sungai ini di pegun