Dari studi diakronis tentang kebudayaan lokal Banyumas tidak lepas dari eksistensi kebudayaan Jawa secara keseluruhan. Dalam konteks eksistensi kultural, Jawa tidak sekedar bermakna sebagai wilayah atau nama pulau. Jawa juga merupakan terminologi yang meliputi pengertian tentang gagasan ideal tentang manusia dan nilai-nilai humanisme. Adi Suripto menyebutkan bahwa kata “jawa” berasal dari kata “arjawam” pada bahasa sansekerta, yang artinya jujur, rendah hati. Ketika kata “jawa” itu diputuskan untuk menjadi nama pulau, tersirat harapan para leluhur semoga para penghuninya kelak selalu bermoral tinggi, bersifat “bener” dan jujur atau “arjawam”. Maka sering kali kita dengar istilah ”ora Jawa” (tidak Jawa) yang dapat diartikan ”tidak bermoral” atau ”tidak bersusila”. Harapan ideal tentang kesusilaan ini ini berlangsung terus-menerus searah dengan periodisasi pusat kekuasaan (raja) sejak dari Purwa Carita, Mataram Kuno, Kediri, Majapahit, Demak, Mataram Islam, hingga Kasunanan Surakarta Ha