Posts

Showing posts from April, 2008

Anak-anak Berbakat

Usia mereka masih sangat muda. Rata-rata baru kelas V SD hingga kelas VIII SMP. Tetapi bakat yang ada di dalam diri mereka sungguh luar biasa. Mereka adalah harapan. Yang menyiapkan diri sebagai pewaris dari kontinuitas kearifan lokal Banyumas yang tertuang di dalam berbagai ragam kesenian, seperti seni karawitan, calung, dan seni tari. Mereka tergabung dalam wadah Padepokan Seni Banyu Biru yang beralamat di desa Plana, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Image
Keke

Egi

Image
Egi
Image
Eny
Image
Heris
Image
Hermy
Image
Izal
Image
Anik
Image
Puji
Image
Retno
Image
Asep
Image
Sri
Image
Tedy
Image
Tia
Image
Toro

ANAK-ANAK BERBAKAT

NGUDANG WIDADARI NURUNNA UDAN

Sisih kulon layunge mencorong abang semu kuning, kuning semu abang. Mblerengi sesawangan. Tembung jere, angger ana layung sing kaya kiye, kudu gawe pedhiang geni oman nang njaba umah. Merga ngger ora gawe pedhiang bisa maraih mata dadi beleken. Senajan tembung jere, ningen nyatane wis bola-bali kedadian ngger mangsan layung kaya kiye mesthi akeh wong padha beleken. Matane padha abang rebes persis kaya matane kaki semar. Jere. Mbuh ngkanane ana gandheng cenenge layung, pedhiang lan beleken, apa ora, nyong dhewek ora ngreti. Sing genah, angger mangsa terang lawas njur ana layung pawongan desane inyong mesthi padha gawe obong-obongan merang. Wektu semono Nini Randha Dhadhapan njagong ngethepes karo kecemat-kecemut nginang leweh-leweh nang batur umahe sing mung ceblokan saka papat karo nyawang geni pedhiang sing mrekakah mongah-mongah. Kukuse ubleng mendhuwur kaya rebutan gutul nglangit. Wusana ilang kebuncang angin sore sing semilir gawe kekesing ati. Pikirane Nini Randha kayong suwung. S

POSISI SENI-BUDAYA DALAM INDUSTRI PARIWISATA

Kemampuan Bali menjadi salah satu obyek wisata yang paling diminati di nusantara adalah berkah dari kemampuannya memadukan tiga pilar utama, yakni manusia Bali, tanah Bali dan budaya Bali (Wayan Geriya, 2006). Artinya, daya tarik wisata di Bali tidak semata-mata disebabkan oleh landscape pulau Bali yang indah, tetapi juga kekayaan budaya Bali dan kemampuan masyarakat setempat mengemas kekayaan budaya tersebut menjadi satu daya kekuatan atraksi wisata yang digemari wisatawan. Pada bagian lain, Wayan Geriya juga menjelaskan bahwa pariwisata unggul setidaknya diindikasikan beberapa hal, antara lain berbasis budaya, ramah lingkungan, mensejahterakan seluruh komponen masyarakat dan—tentu saja—berkelanjutan (Wayan Geriya, 2006). Dengan demikian pembangunan kepariwisataan sesungguhnya cukup kompleks. Selain menjual alam lingkungan sebagai kekuatan daya tarik bagi wisatawan, pembangunan kepariwisataan juga harus berbasis kebudayaan setempat, berwawasan lingkungan, memberikan pengaruh bagi ting

PERUMUSAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN BERBASIS KEBUDAYAAN LOKAL

Kebijakan pengembangan kepariwisataan berbasis kebudayaan lokal didasarkan pada tuntutan bahwa untuk mengembangkan bidang kepariwisataan dibutuhkan keunikan-kenunikan lokal sebagai daya tarik wisatawan untuk datang dan menikmati dalam kerangka tujuan wisata. Di wilayah Kabupaten Banyumas berkembang ragam kebudayaan yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat setempat. Kearifan lokal tersebut dibangun dari tradisi sebuah masyarakat berpola kehidupan tradisional-agraris yang berada di luar pengaruh langsung dari kebudayaan Jawa yang dikembangkan oleh pusat-pusat kerajaan. Semua ini telah menjadi keunikan tersendiri yang memungkinkan menjadi daya tarik wisata, baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka kebijakan pengembangan kepariwisataan berbasis kebudayaan lokal dapat dilihat dari beberapa segmen, antara lain: a. Nilai Kebijakan. Nilai kebijakan pengembangan kepariwisataan berbasis kebudayaan lokal dapat dilihat dari tiga sudu

KEBUDAYAAN LOKAL BANYUMAS SEBAGAI KEKUATAN PARIWISATA

Pemberdayaan kebudayaan lokal sebagai kekuatan dalam pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu trend yang sedang marak dalam pengelolaan kepariwisataan dewasa ini. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas selaku lembaga teknis yang memiliki tugas pokok melaksanakan pembangunan kepariwisataan, juga tidak ketinggalan telah menerapkan kebijakan tersebut. Konsep yang digunakan dalam pelaksanaan kerja adalah konsep pemberdayaan. Melalui pemberdayaan aspek-aspek kebudayaan lokal, diharapkan aneka kekayaan budaya yang ada di masyarakat dapat diarahkan pada pola industri budaya. Dengan kata lain, ragam kebudayaan yang ada di masyarakat merupakan sebuah produksi yang melibatkan tenaga manusia, infra struktur dan supra struktur masyarakat pendukungnya. Hasil produksi tersebut selanjutnya dijadikan sebagai aset yang dijadikan sebagai atraksi dan daya tarik wisata yang diharapkan dapat semakin menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang ke Banyumas. Secara filosofis,